Jika Anda seorang kuliners yang sesungguhnya, jangan bilang kalau Anda belum pernah mendengar nama Bakmi Godhog Mbah Mo
yang ada di Jogja dalam dunia kuliner. Karena Saya yakin, kalau nama
itu dengan sangat mudahnya bisa kita temukan dalam pencarian di google search. Karena lokasinya jauh dari pusat kota Yogyakarta, yaitu di Desa Code, Bantul, sehingga kita membutuhkan waktu beberapa saat hingga tiba di lokasi.
Ada dua jalur untuk bisa sampai ke Warung Bakmi Mbah Mo, bisa lewat
Jalan Parangtritis atau melewati Jalan Bantul. Kalau lewat Jalan
Parangtritis, setelah menemui perempatan (traffic light) Manding
ambil jalan ke arah barat (kanan), kemudian bertemu dengan perempatan
jalan lingkar luar Bantul, ambil arah ke utara sampai menemui Desa Code.
Sedangkan untuk jalur Jalan Bantul, setelah melewati Jalan Bantul dan
sampai di perempatan (traffic light) daerah Klodran, ambil arah
kiri (ke timur) menuju RSUD Bantul. Setelah melewati RSUD, kita akan
menemui perempatan yang sama dengan jalur pertama, ambil ke arah utara
(kiri) sampai menemukan Desa Code. Namun sekarang tidak perlu khawatir
bila salah jalan, karena sekarang sudah ada papan petunjuk untuk menuju
ke arah Warung Bakmi Mbah Mo setelah memasuki Desa Code.
Dari
beberapa sumber yang diketahui, Warung Bakmi Mbah Mo ini mulai melayani
para pengunjungnya mulai jam 5 sore hari. Oleh karena itu, Saya meluncur ke lokasi lebih awal. Dan benar
saja, setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya kami sampai
sekitar jam 5 lebih 45 menit. Meski warungnya belum terlalu lama dibuka,
tapi tempat parkir yang cukup luas itu terlihat sempit oleh mobil-mobil
dengan plat nomor luar kota, dan untungnya kami mendapat nomor antrian
yang ke-8. tempatnya sangat sederhana dan cukup luas, ada yang luar
rumah dan ada juga yang di dalam rumah. Setelah kita sampai, salah satu
karyawannya langsung memberikan pena dan kertas, kita harus menulis
sendiri pesanannya dan kemudian diserahkan kembali kepada salah satu
karyawannya. Waktu itu kami pergi berlima, mayoritas bakmi nyemek yang
menjadi pilihannya, sedangkan Saya sendiri lebih memilih bakmi goreng.
Untuk minumannya, masing-masing memesan teh hangat dan wedang uwuh.
Waktu
terus berjalan, hujan pun mulai turun perlahan dan kurang dari 15 menit
minuman pesanan kami telah disajikan di atas meja. Berbeda dengan teh
hangat pada umumnya, disini tehnya harum, ada sedikit rasa sepet dari teh
dan menggunakan gula batu, sehingga rasanya lebih mantap. Kalau untuk
wedang uwuhnya, rasanya nano-nano dan rame, karena terbuat dari
bahan-bahan rempah, seperti jahe, kayu manis, cengkih, daun pala, kayu
secang dan gula batu. Selain rasanya yang unik, wedang uwuh ini
juga memiliki beberapa khasiat, seperti menghangatkan dan menyegarkan
tubuh, meredakan keluhan sakit gigi dan masuk angin, serta bisa
melancarkan peredaran darah. Lama-kelamaan hujan turun semakin deras,
udaranya juga semakin dingin meskipun tidak menggunakan AC. Dan setelah
menunggu sekitar 1 jam, akhirnya pesanan kami pun tersaji juga di atas
meja. Maklum saja, karena proses pembuatannya bakminya dilakukan satu
per satu dan dimasak di atas tungku arang. Sedangkan para pengunjungnya yang datang tidak satu-satu, melainkan rombongan.
Melihat
bakmi pesanan kami akhirnya datang, rasanya lega dan bahagia, setelah
menunggu untuk waktu yang cukup lama banget, akhirnya bisa juga
menikmatinya. Kalau Saya lihat-lihat, porsi bakmi gorengnya lebih banyak
dibandingkan bakmi nyemeknya, atau mungkin Saya yang salah lihat. Tapi
ya sudahlah, kami pun langsung menyantapnya. Waktu pertama mencobanya agak sedikit berbeda, mungkin karena lidah Saya sudah terbiasa dengan bakmi dengan tambahan kecap, sedangkan bakmi goreng yang disajikan disini polos pucat tanpa kecap dan cenderung terasa asin gurih. Tapi lama kelamaan rasanya enak dan aroma arang menjadikannya lebih terasa sedap dan khas.
Apalagi setelah ditambah dengan sambal kecap yang sudah tersedia di
atas meja, rasa yang tercipta dari bakmi yang bercampur dengan irisan
sayur, daging ayam, telur bebek dan sambal kecap memang mantap, bisa
menambah selera makan.
Sedangkan rasa bakmi nyemeknya juga cukup segar dan enak, telur bebek
yang tercampur dengan kuah bakmi membuat rasa kuahnya menjadi gurih dan
tak kuasa untuk tidak menghabiskannya hingga sendokan terakhir. Setelah
selesai menyantap bakminya, kami pun menunggu hingga hujan sedikit
reda, meskipun hujan-hujan seperti ini, mobil berplat nomor luar kota
tak ada hentinya keluar masuk dari tempat parkir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar